Gue yakin setiap orang punya sebuah prinsip yang suka
diterapkan dalam berbagai situasi. Prinsip yang menjadi patokan yang entah
bersumber dari mana awalnya. Mungkin dari film. Dari sebuah buku. Dari temen
atau pengalaman orang lain. Atau mungkin prinsip yang dia temukan sendiri
berdasarkan pengalaman yang ia alami langsung.
Sama halnya kayak orang lain, gue juga punya sebuah prinsip
yang gue pegang teguh sampai sekarang. Prinsip yang ngebentuk gue dalam memahami
orang lain dari dampak yang ia buat. Dan prinsip ini berlaku buat orang yang
gak gue kenal. Jadi bisa diterapkan ke dalam berbagai lingkup sosial.
Prinsip yang gue pegang adalah 'Don't hate player, hate the
game'. Prinsip ini kalau diterjemahkan berarti kita jangan benci orangnya, tapi
benci perbuatannya. Misalnya aja nih ada orang yang ngecewain lo karena dia
suka telat tiap ketemuan dan ngasih alasan gak jelas. Jadinya gue benci ya
perbuatan telatnya. Bukan benci orangnya. Sebel mungkin iay.Tapi nanti juga
bakal reda dengan sendirinya. Kalaupun udah di tahap paling ngeselin banget
yaudah mending jangan deket-deket lagi. Cukup jaga jarak, gak harus benci.
Atau misalnya aja nih gak suka sama keputusan Gubernur. Ya
cukup benci atas perbuatan atau keputusannya. Di balik sebuah keputusan pasti
ada pertimbangan dan pemikiran yang entah dibuat oleh sendiri atau ada desakan
dari orang lain. Dari situ gue bisa belajar sudut pandang lain.
Hanya karena seseorang ngelukain kita bukan berarti kita mesti membenci orang itu. Kita mungkin terluka oleh ucapannya tapi gak lantas menjadikan dia sebagai musuh. Gak perlu naruh dendam atau rasa benci kepadanya. Bisa jadi ini malah sebuah tamparan dalam bentuk lisan. Atau mungkin aja dia berbuat begitu karena kitanya juga?
***
Mengapa harus benci?
Kenapa ya? Rasa benci itu kan muncul karena berbagai faktor ya. Gue
pikir kurangnya rasa toleransi, faktor ketenangan diri, dan faktor kesabaran
merupakan beberapa faktor yang bisa memengaruhi rasa benci seseorang kepada apapun.
Pada tingkat tertentu seseorang bisa ngontrol dirinya dan gampang menerima
apapun yang dia dapatkan. Keren sih kalau menurut gue. Enjoy aja gitu. Bisa gak
yah gue ada di titik itu?
Meskipun rasanya sulit buat ada di titik itu tapi dengan
enggak membenci pada sosoknya, gue pikir itu udah cukup. Gue gak mau nambah
penyakit hati. Gak mau naruh dendam. Maka dari itu gue mencoba untuk terus
percaya pada prinsip yang gue percayai. Entah sampai kapan.