-->

Jumat, 23 April 2021

Aku Sendiri dan Aku Kesepian




Detak jam terus berlalu. Menggulung perlahan mengganti satuan waktu. Dari hari, minggu, bulan, tahun. Selama itu pula pikiranku terbawa pada satu peristiwa abadi yang sulit aku lupa. Sebuah kenyataan dari kandasnya hubungan kau dan aku. 


Aku tak pernah menyangka riak kecil itu ternyata mampu meluluhkan semangat cinta kita. Bukan hanya tidak aku sangka, aku bahkan tidak mempercayainya. Sulit untuk percaya. Aku yang begitu menyayangimu sepenuh hati justru menjadi orang yang menderita karena kepergian dirimu. Hati ini terasa tertusuk. Kau pun tahu kan betapa perihnya sesuatu yang lunak ditusuk oleh sesuatu yang tajam? Seperti itulah yang kurasakan. 


Aku menyayangimu. Kamu, aku, dan mereka juga tahu. Yang mungkin kamu tidak sadari adalah aku menyayangimu sepenuh hati. Mencintaimu sepenuh hati. Hati lunak yang kuceritakan tadi. 


Terbawa oleh perasaan, aku baru sadar bahwa aku melamun terlalu jauh. Saat kulihat sekeliling, aku menjadi yakin bahwa kau memang telah pergi. Sekali lagi, aku seolah tidak mempercayainya. Yang bisa kulakukan hanyalah meratapi dan mengingat kembali moment kita.


Malam datang. Tempat favoritku masih sama; beranda apartemen kita berdua. Tempat di mana kita mengukir mimpi, berbagi tawa, dan memeluk satu sama lain sambil berbisik mesra mengutarakan kerinduan maupun kegelisahan kita. 


Hanya saja malam ini berbeda. Aku sendirian. Menatap bintang di langit yang gemerlap dan bercahaya. Tidak ada satupun yang menemani aku. Tidak ada chat. Apalagi surat. Benar-benar sendiri. Celakanya kamu juga tidak peduli meskipun aku secara terus terang memperlihatkan penderitaan yang aku alami melalui semua media sosialku. Kamu tidak peduli. Sedikitpun.




***

Meskipun kini kamu telah pergi dan meninggalkan aku sendirian, Kamu tahu tidak, apa yang aku inginkan? Biar aku beritahu jika memang kamu kurang peka. Aku ingin kita kembali seperti dulu. 


Sejujurnya, tak harus dengan dirimu. Siapapun aku terima. Orang yang sudi menemani aku. Aku yang belakangan ini tidak terkendali. Emosiku tidak stabil. Aku masih trauma. Aku merasa kecil. Merasa lemah. Merasa hina. Dan berujung pada depresi.


Hari lainnya, tempat yang sama. Ramalan cuaca hari ini mengatakan langit malam cerah. Bintang akan muncul begitu banyak. Aku terperangah dalam kesendirian ini. Menatap bintang di langit. Tak ada yang menemani. Sama seperti waktu itu. 


**


Di lain waktu aku berada di beranda saat gerimis maupun hujan. Sengaja. Bagiku berada di sini adalah sebuah cara untuk mengenangmu. Mengingatmu. Hingga kemudian aku masuk ke dalam kamar.


Kutanggalkan semua pakaian yang melekat pada tubuhku. Dari atas sampai ke bawah. Telanjang. Menggigil. Kedinginan. Menanti dirimu. Mengingat jejak langkah jemarimu yang halus lembut singgah ke tubuhku. Ada kehangatan yang timbul yang begitu aku impikan dengan kehadiranmu. Seperti dulu lagi.


Di dalam hari-hari itu aku menunggu kamu. Menanti kamu. 


Hanya untukmu, Vinny. Hanya untukmu.



*****

Nantikan kelanjutannya dalam judul Jawaban Vinny




Tulisan ini merupakan interpretasi ulang dari lagu berjudul Sendiri yang dinyanyikan oleh Tere (2001). 


Tere. 
Pic credit : idntimes




Gambar ilustrasi karya dari pemilik akun Twitter @nrrrrrtttddd. Sudah mendapatkan persetujuan untuk dipakai di blog ini. 

NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner