Ya, kita sampai pada bulan terakhir kalender Masehi yang
bernama Desember. Kita sampai pada titik ini dengan laju waktu yang terasa
cepat imbas dari pandemi. Desember mengingatkan gue pada satu hal yang hampir
selalu terlintas.
Bukan tentang lagu Efek Rumah Kaca yang berjudul Desember
melainkan ada sebuah kepercayaan menjurus mitos yang hanya gue yakini sendirian.
Semacam naluri. Insting. Yang semua itu didasari oleh pengalaman pribadi.
Mitos tersebut adalah gue percaya bahwa langit bulan
Desember sampai Februari itu akan amazing. Entah dari awannya, sunset-nya, atau
juga perpaduan keduanya. Gue yakin betul akan hal ini karena gue sering banget
ngeliat langit cakep di periode itu.
Langit di sebelah Barat pada periode itu ketika matahari terbenam ngasih
gambaran yang amat magis. Beberapa tertangkap oleh kamera dan gue abadikan di
sosial media yang gue punya. Bisa di cek di highlight story Instagram dengan
tag Senja. Di Facebook juga ada. Dari banyak foto dan video yang gue ambil,
banyak hasil yang bagus datang selama periode Desember - Februari itu.
Percaya sejak lama |
Tahun ini juga sama. Momennya udah mulai kebaca pas akhir November.
Kemudian pas di awal Desember warga Jabodetabek dimanjakan oleh langit yang cantik dengan hadirnya sekumpulan awan yang menghiasi langit. Fenomena itu
bahkan sampai jadi trending di Twitter dengan keyword Langit Jakarta. Netizen
ramai pamer foto keindahan langit saat itu. Tak terkecuali gue yang ikut foto
dari gedung kantor.
Awannya bagus. Langitnya juga |
Gue pikir ini bagus banget. Malah sampe ngingetin gue sama
kondisi awan waktu gue ke Belitung tahun 2018 lalu. Cakeeeep banget. Langitnya
juga biru banget. Oh malah pas paginya dari kantor gue tuh keliatan jelas
gunung di sebelah Selatan. Gunung di Bogor. Emang sih di hari biasanya itu suka
keliatan tapi pas kemaren tuh keliatannya jauh lebih jelas. Gue sampe kagum
kalau ternyata bentangan gunung dan anak gunungnya ternyata luas. Gue sempet
foto tapi yaa gitu kameranya ala kadarnya.
Gunung di Bogor |
Desember masih panjang. Kita masih punya banyak kesempatan
untuk kalian percaya dengan mitos yang gue percayai. Apalagi sampai Februari
kan. Masih sangat banyak kesempatan. Semoga aja kita bisa liat langit yang
bagus-bagus selama periode itu. Sempatkanlah diri untuk sesekali menengok langit.
Kadang yah pas kita gundah gulana atau kalau lagi merindu
dan bahagia, kita seringkali ngeliat ke langit buat apa yah… kayak… mencari
sesuatu di sana. Mencari kekuatan dari Yang Maha Kuasa. Atau kita bersyukur dan
menengadahkan wajah kita untuk berterimakasih kepada Sang Pencipta. Memandang
langit jadi gambaran betapa kecilnya kita di hadapan-Nya.
Salah satu gambaran itu sering terwujud atau digambarkan di
karya-karya film. Umumnya yang sering gue perhatiin itu di film Jepang. Sering
ada adegan di mana si tokoh memandang langit. Entah dari beranda rumah ataupun
di atap sebuah gedung. Bahkan di komik dan film Doraemon pun pemadangan kayak gitu sering banget muncul. Ini semua
menyenangkan buat gue. Seakan menambah kekuatan bahwa tuh bener kan kalau kita
liat langit seenggaknya kita jadi sedikit merasa lebih lega.
Scene film Doraemon Stand By Me |
Awan masih beranjak entah ke mana. Desember ini semoga kebaikan
selalu menyertai kita.