-->

Jumat, 02 Oktober 2020

Tulisan Awal Oktober



Ayahnya sakit. Terbaring lemas pada sebuah dipan sebuah rumah sakit negeri di kotanya. Satu-satunya orangtua yang tersisa yang mesti dia jaga dan ia rawat. Dia tahu kalau dia belum siap untuk ditinggalkan. Mendamba lelaki yang menjadi pendampingnya masih saja belum terwujud. Sedikit harus bersabar. Dia juga tahu dan juga berharap kelak saat ada lelaki yang ia sayang betul pergi melamarnya, dia ingin meminta restu dari ayahnya dan juga hadir pada pesta sederhana pernikahannya. Dia tahu bahwa dengan begitu maka sang Ayah telah menunaikan tugasnya. Tugasnya telah selesai. Dengan begitu baik sang Ayah maupun sang putri sama-sama bisa merasa lega.


**


Seorang wanita dewasa, freelancer. Hidupnya terasa tidak adil. Kata dia. Memiliki seorang adik dengan keterbelakangan mental bukanlah awal yang baik untuk peran kakak sepertinya. Apalagi dengan kurang atau bahkan nyaris tidak adanya dukungan satu sama lain. Beban si Kakak semakin berat karena harus membiayai pengobatan si adik yang biayanya constant dan cukup mahal. Impiannya mungkin saja pupus. Harapannya bisa saja pudar. Kendati suatu saat nanti seorang pria mengajaknya berumahtangga, dia tidak yakin kalau prangtuanya bisa merawat aatau peduli kepada adiknya yang bisa membuat sang adik terlantar. Si kakak tidak mau hal itu terjadi. Sehingga dia lebih rela untuk tetap merawat adiknya dengan penuh rasa sayang sambil mengutuk takdir yang datang kepadanya.


**


Setahun berlalu sejak ia kehilangan cintanya. Kekasihnya memilih untuk mengakhiri hubungan keduanya. Meski ia tahu waktu tak bisa kembali tapi dalam hati kecilnya ia masih belum menerima dan ingin mencoba memperbaikinya. Ia takut justru kehilangan yang sesungguhnya adalah ketika dia kehilangan dirinya sendiri dalam tautan masa lalu. Membuatnya terpaku pada satu waktu yang menghambatnya untuk melaju.


**


Oktober.


Semuanya. 

Di manapun. 

Sebulan penuh.


Ada yang takut kehilangan. Takut disia-siakan. Takut mimpinya tidak tercapai. Ketakutan yang berdampak terhadap hidupnya.


Tapi manusia selalu menemukan caranya untuk bangkit. Meski seringkali kebangkitan itu harus diawali oleh sebuah kehilangan yang amat sangat ingin dihindarinya. Luka menjadikan mereka kuat. Meski perih memang. Mereka bangkit perlahan atau bisa sangat cepat. Lambat laun satuan waktu menjadi relativitas bagi mereka. Cepat untuknya belum tentu cepat untuk lainnya meski jumlah yang dihabiskannya sama-sama satu juta jam.


Oktober…


Semoga engkau tidak kejam terhadap semuanya. Jangan ada kehilangan dulu. Tidak sekarang. Tidak juga lusa. Kapan saja asal jangan Oktober.



NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner