-->

Minggu, 06 September 2020

Jam Rawan




Udara di sekitarku menjadi lebih berat. Nafasku semakin tercekat. Suara denting waktu memukulbalik semua kenangan ke suatu titik secara telak. Merekonstruksi setiap peristiwa dalam ingatan. Aku tak bisa melawan. Kubiarkan saja rasa ini berkelana pada sekelumit sejarah dari masa lalu saat aku bersamanya. Ah.. Dia datang lagi. Pikirku. Semua usaha untuk menepisnya tak kunjung menghasilkan sesuatu yang kontras.


Kumasuki lorong berliku yang begitu cepat dengan corak berwarna perak dan gradasi warna-warni yang silih berganti. Membawaku mendarat pada satu tempat sama yang pernah kukenal. Yang sengaja kupilih untuk berlama-lama di sana bersama sosok yang kusayang, terbenam dalam satu rasa yang sama. Tempat itu adalah sebuah ranjang di mana aku dan dirinya sama-sama menatap ke sembarang dengan sesekali mata terpejam. Hanya obrolan kami yang mengisi kekosongan. Beriringan dengan suara deru penyejuk ruangan dan knalpot motor yang sangat sayup.


“Kenapa yah kok kita suka pakai standar orang buat diaplikasiin ke hidup kita? Padahal kan kita punya jalan sendiri.”


“Mungkin karena kita terlalu banyak mengkonsumsi media. Apa yang disuguhkan media terpartri pada manusia dan menyesuaikan semuanya berdasarkan apa yang disuguhkan oleh media. “


“Bisa jadi. Termasuk media sosial sih. Mereka yang disebut influencer juga punya pengaruh terhadap pola pikir atau prilaku masyarakat. Atau minimal follower-nya deh.”


“Contohnya?”


“Yang paling gampang sih liat aja penggunaan kata ‘ashiap’ yang dipopulerkan si Atta geledek. Atau pernikahan artis mewah yang sampai diliput media secara live. Terus terang aku takut kamupun akan terpengaruh buat minta pernikahan mewah kayak yang ada di TV. Takut belum cukup untuk bisa wujudinnya terus kamu pergi ke orang lain yang mampu mewujudkannya.”


“Ha ha ha. Aku gak minta hal kayak gitu. Dengan adanya kamu yang seperti saat ini pun udah cukup bagiku. Aku lihat kamu berusaha keras selalu membuatku bahagia dengan cara yang kamu bisa.”


Aku menoleh ke arahnya dan langsung kudapati wajahnya yang juga sedang menatapku. Ah.. cahaya remang dari lampu tidur di dekatnya membuat dirinya terasa lebih indah. Tanpa komando siapapun kami berdua merapat dan kupeluk dirinya. Wangi parfum dan sampo yang kekenal tercium samar melalui hidungku. Dengan kepalanya yang terbenam di dadaku aku bisa merasakan kombinasi wangi yang begitu dekat. Kukecup keningnya. Lembut. Kuurai rambutnya. Sama lembutnya.


“Terima kasih sudah mau bersamaku. Aku akan terus berusaha untuk kebahagiaan kita. Semoga kamu masih bisa untuk sedikit bersabar.”


“Ashiaaaap..”


“Tuh kan.”


Adegan yang kuhafal setelahnya adalah kami bergumul dalam tempo yang variatif. Lidah saling bertaut dan erangan silih berganti. Adegan demi adegan yang kuhafal betul dan sering ku reka ulang saat sedang sadar menjelang tidur. Namun alih-alih aku menjalani adegan yang kuhafal dan kunantikan itu, aku justru terhisap kembali ke dalam lorong perak dengan gradasi warna-warni yang semakin cemerlang. Hisapannya cepat dengan arah yang naik turun dan semakin menikung. Ingin teriakpun terasa sulit. Dan sedikit takut kalau lidahku tergigit. Jangan ditanya bagaimana pusingnya kondisiku dengan hantaman seperti itu. Yang aku harapkan adalah agar aku segera terlempar kembali ke suatu tujuan. Entah itu ke ranjang kamar tidurku, atau ke ranjang kamar hotel yang baru saja kulalui.


Kusadari detak jantungku bergerak cepat atas sensasi yang baru kualami. Ruangan gelap yang kuhafal. Kamarku. Untunglah. Suasana yang familiar membuat sessuatu menjadi lebih baik ketimbang harus pergi ke suatu tempat asing yang tidak diketahui.


Bulir keringat masih tertanam di dahiku. Rentetan peristiwa membawaku untuk mengingat momen yang kualami dan adegan yang kulakukan sebelum ku tertidur. Masih kuingat ternyata aku baru saja melakukan kegiatan memata-matai  dirinya melalui media sosial layaknya intelejen amatir level Ibu Rumah Tangga. Sesuatu yang kusesali namun juga kumaklumi karena ketika ku tengok ke arah kanan tempat jam dinding terpaku, jarum jam menunjukkan waktu jam tiga pagi.

 


NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner