-->

Senin, 14 September 2020

Berkunjung ke Slankafe Fatmawati

 



Group musik Slank merupakan salah satu group musik legendaris di Indonesia dengan banyaknya fans loyal yang tersebar di seluruh Indonesia dan beberapa negara tetangga. Saking besarnya selalu ada saja Slankers yang menjadikan Potlot sebagai tempat yang wajib dikunjungi. Hal ini dikarenakan pusat kegiatan Slank banyak terpusat di Potlot. Rumah Bimbim dan Bunda Iffet, studio Parah tempat latihan dan rekaman, toko merchandise WarSlank, dan manajemen Pulau Biru Production selalu manajemen Slank. Sebagai seorang Slankers saya pernah dan berkali-kali mengunjungi Potlot. Namun pada tahun 2019 tempat wajib yang harus dikunjungi selain Potlot bertambah satu. Lokasinya berada di sekitaran Fatmawati Jakarta Selatan. Nama tempat itu adalah Slankafe. Pada Kamis, 10 September 2020 saya berkesempatan untuk megunjungi Slankafe dan melalui blog ini saya ingin menceritakannya.


Markas Slank di Potlot jadi tempat wajib dikunjungi oleh Slankers


Lokasi

Slankafe berlokasi di Jl Fatmawati no 17B Cipete Jakarta Selatan. Lokasinya persis di pinggir jalan dan dapat dilewati oleh kendaraan umum karena jalurnya terlewati oleh jalur MRT. Halte terdekat adalah halte Cipete Raya. Untuk angkot atau metromini saya kurang mengetahuinya. Apabila jalan dari Blok M maka tinggal ikuti saja jalur MRT yang ada di atas karena jalur itu akan membawa kita ke Slankafe.

Lokasi Google Maps : https://goo.gl/maps/seMHPdRUg14sXDBr6


Menu dan Harga

Menu Slankafe terdiri dari minuman dan makanan. Yang menarik dan yang menjadi fokus utama adalah beberapa menunya memakai atau menyematkan judul lagu Slank ke dalam suguhannya. Seperti misalnya Kuil Cinta, Kopi Mawar Merah, Nasi Ayam Gemerlap Kota, atau juga Pisang Goreng Anyer. Harganya juga terjangkau sehingga cocok untuk datang sendiri maupun beramai-ramai.


Menu

Menu pada dinding


Waktu itu saya pesan menu Kuil Cinta dan Cokelat Dingin untuk teman saya. Rasa Kuil Cinta tidak terlalu istimewa menurut saya. Begitu juga dengan Cokelat Dingin yang menurut teman saya seperti susu cokelat bisa tanpa tambahan apapun. Kedua minuman disajikan lewat gelas kaca dengan sedotan stainless. Ini patut dipuji karena memang Slank sendiri peduli tentang alam.


Disajikan dengan stainless straw


Meskipun begitu sebenarnya saya baru terpikir kenapa tidak pesan untuk kemasan take away saja ya. Soalnya kemasan take away menggunakan cup dengan logo Slank dan Slankafe sehingga cocok untuk collectible item dan estetika saat mengupload di media sosial.


Inginnya sih yang seperti ini
Source pic : Jajan Beken


Fasilitas

Fasilitas standar yang wajib ada adalah steker atau colokan dan itu dipenuhi oleh Slankafe. Saya melihat ada beberapa titik. Selain itu ada juga tempat sholat dan toilet yang terletak di bagian dalam tapi outdoor.


Perlu diketahui bahwa Slankafe itu terdiri dari 3 bagian. Satu bagian di teras depan (outdoor). Bagian dalam indoor dan bagian lebih ke dalam adalah outdoor. Di outdoor tersebut tersedia dua buah toilet dan sebuah tempat kecil yang dijadikan tempat sholat. Saya kurang nyaman sholat di situ karena tempatnya yang terasa kurang proper untuk kegiatan ibadah. Saya harap bisa lebih diperbaiki agar terlihat lebih layak.


Outdoor. Sebelahnya ada toilet dan musholla

 


Suasana

Masuk ke Slankafe sangat terasa unsur Slank-nya kalau ukurannya adalah visual. Ada banyak logo Slank dan poster Slank yang dipajang di dinding. Ada poster konser Slank di Jepang, konser di Belanda, dan juga konser 30 Tahun di GBK. Selain itu ada juga beberapa foto ukuran 4R yang sengaja ditempel teratur di dinding dengan citra beragam keseruan Slankafe. Lengkap dengan adanya personil Slank maupun  selebritis yang pernah datang ke situ di antaranya Nia Ramadhani.



Terdapat sewa powerbank

Ada tanaman asli

Tampak dari depan

Kapasitas kursi dikurangi karena PSBB


Sayangnya suasana Slank itu hanya secara visual karena sepanjang saya menikmati suasana selama kurang lebih satu jam saya tidak mendengarkan satupun lagu Slank. Padahal saat itu kan saya datang bersama teman, berharap agar dia bisa mendengar 1-2 lagu Slank dan mulai menjadi Slankers. Mungkin untuk masalah ini bisa disiasati dengan perbandingan 6-1 misalnya. Untuk 6 lagu non Slank yang diputar, 1 lagu Slank harus masuk ke dalamnya. Bisa jadi ada urusan legalitas yang belum selesai yang masih diurus sehingga lagu Slank tidak bisa dengan mudah diputar di tempat komersil tanpa izin publisher.


Padahal rasanya menarik yah kalau lagu Slank jadi backsound saat berbagai suasana. Misal ketika melihat ada rombongan teman-teman bisa diputar lagu Friendship. Jumat malam bisa diputar lagu Blues Bini, atau ketika malam Minggu bisa diputar Malam Minggu Lagi sehingga ada rasa yang related antara lagu yang diputar dengan situasi yang tepat yang bisa membuat pengunjung merasa terikat dengan kondisi saat itu.

Saya dan teman berfoto dengan latar logo Slank


Tampaknya yang paling nyaman adalah di bagian sofa karena sofanya terlihat sangat nyaman dengan busa tebal. Meja di depannya cenderung rendah dan membuat kurang nyaman untuk makan. Hanya cocok untuk obrol santai dengan sesekali makan cemilan. Outdoor juga sama enaknya bagi yang merokok.


Sofa yang dimaksud


Pada salah satu sudut terdapat spot untuk bermain musik karena terlihat ada mini stage dengan piano dan beberapa sound system sederhana. Di atasnya ada layar monitor yang saya kurang tahu menampilkan apa karena ketika saya datang ke sana layarnya tidak menampilkan apapun. Apakah cuplikan tentang Slankafe? Atau tampilan promosi menu yang disajikan? Apapun itu saya sangat penasaran.

Mini stage dengan layar monitor di atasnya


Slank dan Kopi

Keakraban Slank dengan kopi sebenarnya sudah terikat sejak sekitaran tahun 2007. Saat itu Slank mau mengambil kontrak iklan, sesuatu yang selalu ditolaknya sejak lama dengan alasan idealis. Kedekatan Slank dan kopi terwujud dalam bentuk dirilisnya kopi Tora Bika Duo edisi Slank. Perbedaannya adalah terpampangnya wajah personil Slank dan Slank secara utuh pada kemasannya. Dulu saya sempat mengoleksi kemasannya namun sudah saya buang. Padahal kalau dipikir-pikir itu akan jadi sesuatu yang berharga ya. Langka.


Salah satu contoh kemasan edisi Slank


Selanjutnya pada tahun 2012 Slank pernah merilis Slankopi. Sebuah kopi dalam kemasan sachet format 3 in one (kopi, gula, dan susu) yang mana Slank bekerjasama dengan PT Gizindo Pangan Sejati. Produk ini bisa didapatkan di beberapa agen tertentu dan berlanjut ke pusat perbelanjaan Giant. Saya berlum pernah menikmati kopi ini.


Slankkopi 3 in 1


Sekitar tahun 2017 Slankopi menjadi sebuah brand yang dikembangkan menjadi konsep entrepreneur. Konsepnya adalah setiap orang bisa berkesempatan untuk menjadi partner dengan membuka Warung Slankopi. Kopi ini lebih luas jangkauannya karena dipasarkan juga melalui marketplace dan ritel Circle K yang tersedia di Jabodetabek dan Bandung. Namun seiring perkembangannya Slankopi juga tersedia di kota lain seperti misalnya di Bali.


Paket bisnis

Slank saat launching Slankopi
Source pic : Slank.com


Barulah di tahun 2019 Slank mendirikan Slankafe yang saya ceritakan di atas. Bukan tidak mungkin suatu saat nanti Slankafe bisa ditemui di beberapa tempat lainnya mengingat pertumbuhan kebutuhan untuk nongkrong masih sangat tinggi apalagi jika dibantu dengan produk yang terjangkau dan tempat yang nyaman. Sejauh ini Slankafe baru bisa ditemui di Fatmawati dan di Kalibata City Square. Lokasi Google Maps https://goo.gl/maps/J1Lb28x3rjoYXdLe9


Berfoto di depan Slankafe Fatmawati


Slank adalah Sebuah Brand

Ini hanya tambahan saja. Slank rasanya sudah berevolusi dari yang sekadar band berubah menjadi sebuah brand. Coba saja lihat dengan adanya Slankopi maupun Slankafe. Bahkan kalau mau tau Slank punya brand minuman dalam kemasan yang diberi nama Slankua. Kalau kita tengok ke belakang malah sampai pernah ada kerjasama dengan handphone. Yang paling diingat adalah Esia edisi Slank dan Nexian. Atau pernah juga merilis Koran Slank yang bertahan hampir sepuluh tahun. Jadi bukan tidak mungkin kalau kelak Slank akan merilis sesuatu yang bisa diproduksi massal. Beras misalnya. Atau gula pasir. Atau mie instant. Bisa saja.


Produk Slankua


Apakah ini boleh? Atau apakah ini etis? Ah saya rasa boleh dan etis saja. Selama jalan yang ditempuh mengikuti peraturan yang berlaku. Kalau saya pikir Slank sebagai band sudah mendapatkan hampir semuanya. Panggung terbesar, bayaran terbesar, fans loyal dan besar, world tour, album internasional, penghargaan-penghargaan, dll. Sebagai sebuah brand, Slank baru saja memulai dan rasanya siap untuk kembali berpacu.  


Slank


NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner