Credit : bangtax.net |
Perkembangan teknologi berdampak pada meluasnya sistem dan cara berkomunikasi. Ini berbanding lurus dengan kemajuan zaman dan prilaku masyarakat dalam berkomunikasi. Dengan dibantu teknologi, secara langsung hal itu memberi kita akses lebih mudah untuk masuk ke ruang publik untuk beropini. Jauh sebelum era vlog merajalela, blog sudah lebih ada. Kini setelah vlog mejadi sesuatu yang amat familiar dengan kehidupan metropolis kita (karena saya tidak tahu bagaimana fenomena ini ditanggapi oleh orang-orang pedesaan) apalagi setelah orang no 1 di Indonesia juga terkena virus vlog ini. Lalu, bagimana nasib blog di era sekarang?
Menjawab pertanyaan itu, rasanya kita perlu sedikit
khawatir. Mengingat minat membaca masyarakat kita yang begitu rendah, ditambah
dengan semakin maju dan pesatnya perubahan terkait tekologi, bukan tidak
mungkin blog pada 10 tahun ke depan akan hilang. Mungkin blogny masih ada, tapi
para aktivis blogger itu yang semakin langka. Yang lebih parah, bisa saja situs
blog itu hilang/dihapus. Seperti halnya situs pertemanan legendaris Friendster
atau Live Connector atau juga aplikasi chatting mIRC. Perubahan karena
teknologi itupun akhirnya membuat aplikasi dan situs-situs itu hilang dan
tergantikan dengan platform lain yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Menarik mengetahui apa saja yang membuat orang enggan untuk
melanjutkan aktivitas blogging literasi dan lebih memilih menjadi vlogger
(sebutan untuk orang yang melakukan vlog/video blogging). Faktor-faktor ini
masih bisa diperdebatkan dan bukan sebuah keabsolutan.
Minat Membaca dan Menulis Yang Lemah
Barangkali inilah alasan paling besar yang membuat orang
lebih tertarik dengan vlog. Baik sebagai penonton atau yang ditonton, keduanya
lebih tertarik dengan audio visual dibanding dengan literasi yang umum dijumpai
dalam post di blog. Sedari kecil, kita sudah dibiasakan untuk menulis dan
biasanya kita membenci itu. Kebencian itu memuncak ketika guru menyuruh kita
memberikan tugas mengarang. Entahlah dengan Anda, tapi ketika itu tugas
mengarang adalah tugas paling menjengkelkan menurut saya dan teman-teman waktu
kecil dulu.
Dalam hal menulis, ternyata susah-susah gampang. Ini yang
kemudian menjadi alasan orang malas menulis di blog karena tidak semua orang
memiliki kemampuan yang bagus ketika menulis. Kemampua itu sebenarnya bisa
diasah dan dipelajari. Jadi seharusnya bukan menjadi alasan bagi orang untuk
malas menulis. Kegagalan seseorang untuk menulis adalah karana ia pandai untuk
berdalih.
Keenggannan seseorang untuk menulis karena alasan-alasan
yang mereka katakan diperparah dengan minat baca masyarakat yang begitu lemah.
Pembaca dan penulis adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.Yang agak miris adalah kita menempati peringkat 60 dari 61 negara dalam hal literasi, termasuk minat membaca. Sumber: https://www.washingtonpost.com/news/answer-sheet/wp/2016/03/08/most-literate-nation-in-the-world-not-the-u-s-new-ranking-says/?utm_term=.ae1fdfac1aba
Credit : washingtonpost |
Kekinian
Sama seperti munculnya blog dulu. Orang-orang membuat blog
bukan karena sebuah kebutuhan namun semata karena eksistensi dari sebuah trend
yang sedang melanda dirinya. Sekali lagi, ini masih mitos da bisa
diperdebatkan.
Tapi, saya akui bahwa dulu pun saya membuat blog pertama
saya ketika SMA bukanlah untuk kebutuhan namun untuk eksistenti belaka. Biar
gaul, begitulah komitmen saya saat itu. Nah, bisa jadi para vlogger pemula ini
sama dengan pemikiran saya waktu itu. Mencari eksistensi dengan mengikuti trend
yang berkembang saat itu.
Credit: akibatjenuh.com |
Berharap Dikenal Banyak Orang
Tidak seperti blog yang mana kita bisa menyembunyikan
identitas kita, vlog justru pada umumnya memuat konten dimana kita terlihat
langsung pada kamera. Mungkin dengan seringnya kita muncul di vlog kita, orang
yang menonton berharap suatu saat nanti di jalan ada yang mengenalinya dan
berkata “Loh, mbak/mas yang sering muncul di YouTube yah?” Hal itu rasanya
tidak mungkin terwujud untuk seorang blogger yang tulisannya jauh lebih dikenal
dibanding dengan wajahnya.
Credit : malesbanget.com |
Banyak Panutan
Jika seorang selebritis memiliki vlog mungkin biasa saja.
Namun bagaimana jika vlog itu adalah seorang kepala negara? Presiden Joko
Widodo saja sampai memiliki vlog sendiri yang jujur saja, membuat kita merasa
semakin dekat dengan sosok orang no 1 di Indonesia ini.
**
Vlog yang merupakan bagian dari blog ini rasanya akan terus
berkembang, baik secara kualitas maupun kuantitas para pelakunya. Tapi, seperti
halnya pada blog, problem utama yang akan dijumpai nanti adalah konsistensi
untuk membuat konten. Ini menjadi tantangan untuk siapapun yang akan menggeluti
vlog nantinya. Saya sendiri memilih untuk berada di blog literasi dan belum
terpikir untuk beralih menjadi seorang vlogger. Karena berbagai alasan
tentunya.