-->

Jumat, 10 Februari 2017

Wiro Sableng The Movie, Film Epic Yang Perlu Diantisipasi

Suatu ketika, saya berandai-andai bagaimana jadinya jika film Wiro Sableng dibuat oleh Hollywood. Hal ini didasari ketika saya menonton kembali serial Wiro Sableng yang dulu sempat tayang di RCTI setiap hari Minggu. Sadar bahwa hal itu mustahil, pengandaian itupun kabur seiring dengan berjalannya waktu. Namun ternyata ada sesuatu yang membuat kaget ketika pada Kamis, 9 Februari 2017 ada kabar bahwa film Wiro Sableng akan diangkat ke layar lebar. Kekagetan saya belum hilang ketika mengetahui bahwa Fox International Production akan menjadi co-production di film ini. OMG..!

Credit : rollingstone.co.id
WikiPedia sudah cukup membantu dalam menjawab pertanyaan siapa itu Wiro Sableng. Dari situ setidaknya kita bisa mendapat gambaran akan seperti apa film ini nanti ke depannya. Film silat terakhir yang pernah dibuat adalah Pendekar Tongkat Emas (2014). Maka apa yang ditawarkan film Wiro Sableng ini tampaknya akan menjadi film cukup menjanjikan jika dilihat dari berbagai faktor. Salah satunya adalah orang-orang yang ada dibalik film ini.

Para pembuat harapan
Tokoh utama Wiro Sableng akan diperankan oleh aktor Vino G. Bastian. Hal ini menjadi agak emosional mengingat serial Wiro Sableng ditulis oleh ayahnya yaitu Bastian Tito. Karakter Vino di beberapa film memang sangat cocok jika harus memerankan karakter Wiro seperti di film-film Realita, Cinta, dan Rock ‘n Roll, Catatan Akhir Sekolah, Radit dan Jani, Punk in Love, dan Serigala Jalanan. Karakter yang bisa serius dan cool namun slengean tampaknya sangat melekat dengan sosok Vino berkat film Realita, Cinta, dan Rock ‘n Roll. Kemenangannya atas penghargaan pemeran pria terbaik pada Festival Film Indonesia tahun 2008 saat memerankan tokoh Radit bisa menjadi jaminan penokohan yang akan diperankan Vino. Terlebih lagi fakta Vino memerankan tokoh Kasino dalam Warkop DKI Reborn membuat Vino telah cukup memiliki unsur jenaka seperti halnya sifat Wiro.

Credit : bintang.com
Jika faktor Bastian Tito yang merupakan ayahnya sebagai penulis novel Wiro Sableng belum cukup untuk membuat betapa film ini sangat spesial bagi Vino, maka faktor Marsha Timothy menjadi tambahan yang membuat film ini begitu dekat dengan Vino. Suami-istri ini pernah juga bermain dalam film drama romantis berjudul Toba Dreams yang tayang pada tahun 2015 silam. Melihat kedekatan hubungan ini rasanya bisa menjadi penguat ikatan yang akan terjalin. Dan besar kemungkinan Marsha akan memerankan salah satu tokoh wanita yang dekat dengan Wiro. Entah itu Bidadari Angin Timur ataupun Bunga.

Credit : bintang.com
Selain dua nama tersebut, ada satu nama lagi yang namanya cukup mengagetkan. Dia adalah Sherina Munaf. Kekagetan itu didasari oleh fakta bahwa film terakir yang dibintangi Sherina adalah film perdananya yang berjudul Petualangan Sherina pada tahun 2000. Artinya, ada jeda selama 17 tahun yang membuat kita rasanya perlu kembali menengok Sherina kecil sebelum nantinya kita melihat Sherina dewasa. Anak-anak yang seumuran dengan saya mungkin pernah terpesona atau terbuai dengan Sherina kecil. Film ini akan menjadi film kedua kita untuk  dibuat terpesona kembali olehnya. Semoga.

Credit : bintang.com
Untuk perannya belum bisa diketahui. Rasanya mustahil jika Sherina akan memerankan salah satu dari 2 wanita yang pernah ‘ditembak’ oleh Wiro. Karena antara Bunga dan Bidadari Angin Timur terpaut waktu yang cukup jauh.

Dikatakan pula bahwa koreografer untuk gerakan silat ini akan dibantu oleh Yayan ‘Mad Dog’ Ruhian dan Cecep Rahman. Keberadaan Yayan dan Cecep tentu sangat diharapkan agar adegan laga di film ini bisa menghibur dan membuat betapa kita jatuh cinta terhadap adegan laga yang begitu greget seperti di film The Raid. Latar belakang Yayan dan Cecep yang seorang pesilat tentu cocok untuk menjadi mentor karena adegan laga di film ini memang sesuai dengan filosofi pencak silat.

Credit : wowkeren.com
Nama Angga Dwimas Sasongko akan menjadi nama yang didaulat untuk menjadi sutradara di film ini. Sineas yang masih mudah ini (lebih muda dibanding Vino) juga sarat akan prestasi. Filmnya Cahaya Dari Timur menjadi film terbaik di Festival Film Indonesia pada 2014. Belum lagi filmnya yang berjudul Hari Untuk Amanda yang mendapat 8 nominasi di ajang yang sama pada tahun 2010 adalah sebuah pencapaian yang sangat hebat. Dengan prestasi mentereng seperti itu kita bisa berharap banyak pada Angga.

Credit : rollingstone.co.id
Seperti yang dikatakan di atas, keterlibatan Fox International Production (FIP) menjadi sesuau yang spesial. Pertama, ini adalah kerjasama FIP pertama di Asia Tenggara dengan production house lokal. Negara Asia lain yang pernah diajak kerjasama adalah Korea saat menggarap filmn The Yellow Sea dan film The Wailing. Semoga saja dengan keterlibatan pihak luar maka film ini nantinya bisa menjadi film yang memiliki kualitas yang bagus dengan standar iternasional namun tetap sesuai dengan originalitas cerita. Saya sedikit khawatir jika nantinya film ini akan seperti film Dragon Ball Revolution dan Tekken yang dibuat oleh Amerika.

Credit : variety.com

Potensi Berkelanjutan
Novel Wiro Sableng terdiri dari banyak cerita. Dalam satu cerita bisa menghabiskan lebih dari 10 seri/buku. Jika dalam cerita komik dan film superhero Marvel maupun DC, kita mengenal konsep universe. Dalam serial Wiro Sableng pun rasanya ada universe-universe yang berbeda-beda.  Ada kisah Wiro Sableng yang terlempar 1200 tahun ke negeri Latanahsiam. Atau juga cerita Wiro di yang mengambil setting yang berbeda-beda, tidak hanya di Jawa, Sumatera, dan Bali, tapi juga di China dan Jepang. Juga adanya cerita satuan/lepasan yang berhubungan ataupun tidak berhubungan dengan cerita lainnya. Kondisi ini membuat adanya potensi berkelanjutan. Dilansir dari Kompas.com, Sherina bahkan mengatakan “Tapi apapun yang diceritakan oleh Mbak Lala (Sheila Timothy, produser dan penulis skenario film ini) membuat saya jadi tertarik untuk mengeksplor dan berpartisipasi menghidupkan universe ini.”

Credit : t4download.blogspot.co.id
Memang tidak mungkin membuat lebih dari 180 cerita novel dipadatkan ke dalam film berdurasi 2 jam. Sehingga rasanya perlu untuk dibuat seri kelanjutannya. Itupun tergantung respon masyarakat terhadap film ini.

**
Dengan alasan beberapa faktor itu, rasanya film ini cukup menjanjikan. Anak-anak maupun orangtua yang pernah akrab dengan tokoh Wiro Sableng baik dalam bentuk buku cerita maupun serial televisi pastinya akan antusias untuk menyambut film ini seperti halnya antusiasme masyarakat terhadap film Warkop DKI Reborn. Mengambil tokoh legendaris (fiktif ataupun non-fiktif) amat berpotensi untuk menjadi sesuatu yang disukai. Film seperti Habibie dan Warkop DKI Reborn adalah salah satu buktinya. Film bertema silat sudah lebih dulu mencapai kejayaannya pad era 80 dan 90an dengan nama-nama seperti Barry Prima dan Advent Bangun yang menjadi tokoh utamanya. Akan menjadi tantangan bagi team produksi maupun para pemainnya untuk mengembalikan kejayaan film bertema silat yang rasanya belum berhasil terangkat oleh film Pendekar Tongkat Emas.


Menurut kompas.com, film yang akan diberi judul 212 Warrior ini akan mulai syuting pada tahun ini. Dan menurut sumber lain, film ini nantinya akan rilis pada tahun 2018. Kita tunggu  saja bagaimana film ini nantinya dan bagaimana respon masyarakat terhadap film ini. Semoga keduanya tidak mengecewakan. Saya percaya film ini akan sukses atau setidaknya perlu untuk diantisipasi. 



NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner