Suatu ketika, saya
berandai-andai bagaimana jadinya jika film Wiro Sableng dibuat oleh Hollywood. Hal ini didasari ketika saya
menonton kembali serial Wiro Sableng yang dulu sempat tayang di RCTI setiap
hari Minggu. Sadar bahwa hal itu mustahil, pengandaian itupun kabur seiring
dengan berjalannya waktu. Namun ternyata ada sesuatu yang membuat kaget ketika
pada Kamis, 9 Februari 2017 ada kabar bahwa film Wiro Sableng akan diangkat ke
layar lebar. Kekagetan saya belum hilang ketika mengetahui bahwa Fox
International Production akan menjadi co-production di film ini. OMG..!
Credit : rollingstone.co.id |
WikiPedia sudah
cukup membantu dalam menjawab pertanyaan siapa itu Wiro Sableng. Dari situ
setidaknya kita bisa mendapat gambaran akan seperti apa film ini nanti ke
depannya. Film silat terakhir yang pernah dibuat adalah Pendekar Tongkat Emas (2014). Maka apa yang ditawarkan film Wiro Sableng
ini tampaknya akan menjadi film cukup menjanjikan jika dilihat dari berbagai
faktor. Salah satunya adalah orang-orang yang ada dibalik film ini.
Para pembuat harapan
Tokoh utama Wiro
Sableng akan diperankan oleh aktor Vino
G. Bastian. Hal ini menjadi agak emosional mengingat serial Wiro Sableng
ditulis oleh ayahnya yaitu Bastian Tito.
Karakter Vino di beberapa film memang sangat cocok jika harus memerankan
karakter Wiro seperti di film-film Realita,
Cinta, dan Rock ‘n Roll, Catatan Akhir Sekolah, Radit dan Jani, Punk in Love, dan Serigala Jalanan. Karakter yang bisa
serius dan cool namun slengean
tampaknya sangat melekat dengan sosok Vino berkat film Realita, Cinta, dan Rock ‘n Roll. Kemenangannya atas
penghargaan pemeran pria terbaik pada Festival Film Indonesia tahun 2008 saat
memerankan tokoh Radit bisa menjadi jaminan penokohan yang akan diperankan
Vino. Terlebih lagi fakta Vino memerankan tokoh Kasino dalam Warkop DKI Reborn membuat Vino telah
cukup memiliki unsur jenaka seperti halnya sifat Wiro.
Credit : bintang.com |
Jika faktor Bastian
Tito yang merupakan ayahnya sebagai penulis novel Wiro Sableng belum cukup
untuk membuat betapa film ini sangat spesial bagi Vino, maka faktor Marsha Timothy menjadi tambahan yang
membuat film ini begitu dekat dengan Vino. Suami-istri ini pernah juga bermain
dalam film drama romantis berjudul Toba Dreams yang tayang pada tahun 2015
silam. Melihat kedekatan hubungan ini rasanya bisa menjadi penguat ikatan yang
akan terjalin. Dan besar kemungkinan Marsha akan memerankan salah satu tokoh
wanita yang dekat dengan Wiro. Entah itu Bidadari Angin Timur ataupun Bunga.
Credit : bintang.com |
Selain dua nama
tersebut, ada satu nama lagi yang namanya cukup mengagetkan. Dia adalah Sherina Munaf. Kekagetan itu didasari
oleh fakta bahwa film terakir yang dibintangi Sherina adalah film perdananya
yang berjudul Petualangan Sherina
pada tahun 2000. Artinya, ada jeda selama 17 tahun yang membuat kita rasanya
perlu kembali menengok Sherina kecil sebelum nantinya kita melihat Sherina
dewasa. Anak-anak yang seumuran dengan saya mungkin pernah terpesona atau
terbuai dengan Sherina kecil. Film ini akan menjadi film kedua kita untuk dibuat terpesona kembali olehnya. Semoga.
Credit : bintang.com |
Untuk perannya
belum bisa diketahui. Rasanya mustahil jika Sherina akan memerankan salah satu
dari 2 wanita yang pernah ‘ditembak’ oleh Wiro. Karena antara Bunga dan
Bidadari Angin Timur terpaut waktu yang cukup jauh.
Dikatakan pula bahwa
koreografer untuk gerakan silat ini akan dibantu oleh Yayan ‘Mad Dog’ Ruhian
dan Cecep Rahman. Keberadaan Yayan dan
Cecep tentu sangat diharapkan agar adegan laga di film ini bisa menghibur dan
membuat betapa kita jatuh cinta terhadap adegan laga yang begitu greget seperti
di film The Raid. Latar belakang
Yayan dan Cecep yang seorang pesilat tentu cocok untuk menjadi mentor karena
adegan laga di film ini memang sesuai dengan filosofi pencak silat.
Credit : wowkeren.com |
Nama Angga Dwimas Sasongko akan menjadi nama
yang didaulat untuk menjadi sutradara di film ini. Sineas yang masih mudah ini
(lebih muda dibanding Vino) juga sarat akan prestasi. Filmnya Cahaya Dari Timur menjadi film terbaik
di Festival Film Indonesia pada 2014. Belum lagi filmnya yang berjudul Hari Untuk Amanda yang mendapat 8
nominasi di ajang yang sama pada tahun 2010 adalah sebuah pencapaian yang
sangat hebat. Dengan prestasi mentereng seperti itu kita bisa berharap banyak
pada Angga.
Credit : rollingstone.co.id |
Seperti yang
dikatakan di atas, keterlibatan Fox
International Production (FIP) menjadi sesuau yang spesial. Pertama, ini
adalah kerjasama FIP pertama di Asia Tenggara dengan production house lokal. Negara Asia lain yang pernah diajak
kerjasama adalah Korea saat menggarap filmn The Yellow Sea dan film The
Wailing. Semoga saja dengan keterlibatan pihak luar maka film ini
nantinya bisa menjadi film yang memiliki kualitas yang bagus dengan standar
iternasional namun tetap sesuai dengan originalitas cerita. Saya sedikit
khawatir jika nantinya film ini akan seperti film Dragon Ball Revolution
dan Tekken yang dibuat oleh Amerika.
Credit : variety.com |
Potensi Berkelanjutan
Novel Wiro Sableng
terdiri dari banyak cerita. Dalam satu cerita bisa menghabiskan lebih dari 10
seri/buku. Jika dalam cerita komik dan film superhero Marvel maupun DC, kita
mengenal konsep universe. Dalam
serial Wiro Sableng pun rasanya ada universe-universe
yang berbeda-beda. Ada kisah Wiro
Sableng yang terlempar 1200 tahun ke negeri Latanahsiam. Atau juga cerita Wiro
di yang mengambil setting yang berbeda-beda, tidak hanya di Jawa, Sumatera, dan
Bali, tapi juga di China dan Jepang. Juga adanya cerita satuan/lepasan yang
berhubungan ataupun tidak berhubungan dengan cerita lainnya. Kondisi ini
membuat adanya potensi berkelanjutan. Dilansir dari Kompas.com, Sherina bahkan
mengatakan “Tapi apapun yang diceritakan oleh Mbak Lala (Sheila Timothy,
produser dan penulis skenario film ini) membuat saya jadi tertarik untuk
mengeksplor dan berpartisipasi menghidupkan universe
ini.”
Credit : t4download.blogspot.co.id |
Memang tidak
mungkin membuat lebih dari 180 cerita novel dipadatkan ke dalam film berdurasi
2 jam. Sehingga rasanya perlu untuk dibuat seri kelanjutannya. Itupun
tergantung respon masyarakat terhadap film ini.
**
Dengan alasan
beberapa faktor itu, rasanya film ini cukup menjanjikan. Anak-anak maupun
orangtua yang pernah akrab dengan tokoh Wiro Sableng baik dalam bentuk buku
cerita maupun serial televisi pastinya akan antusias untuk menyambut film ini
seperti halnya antusiasme masyarakat terhadap film Warkop DKI Reborn. Mengambil
tokoh legendaris (fiktif ataupun non-fiktif) amat berpotensi untuk menjadi sesuatu
yang disukai. Film seperti Habibie dan Warkop DKI Reborn adalah salah satu
buktinya. Film bertema silat sudah lebih dulu mencapai kejayaannya pad era 80
dan 90an dengan nama-nama seperti Barry Prima dan Advent Bangun yang menjadi
tokoh utamanya. Akan menjadi tantangan bagi team produksi maupun para pemainnya
untuk mengembalikan kejayaan film bertema silat yang rasanya belum berhasil
terangkat oleh film Pendekar Tongkat Emas.
Menurut
kompas.com, film yang akan diberi judul 212 Warrior ini akan mulai syuting
pada tahun ini. Dan menurut sumber lain, film ini nantinya akan rilis pada
tahun 2018. Kita tunggu saja bagaimana
film ini nantinya dan bagaimana respon masyarakat terhadap film ini. Semoga
keduanya tidak mengecewakan. Saya percaya film ini akan sukses atau setidaknya
perlu untuk diantisipasi.