-->

Selasa, 12 April 2016

Romantisme Masa Kecil Dengan Tayangan Anime di Televisi




Gak keitung berapa banyak post berupa tulisan, curhatan, sekaligus meme yang mengatakan bahwa orang-orang yang ada di medsos gw kangen sama masa-masa dulu. Dulu bukan berarti zaman dahulu, prasejarah, atau jahiliyah. Mereka kangen sama masa-masa kecil mereka terhadap banyak hal. 

Salah satu yang mereka kangenin adalah tayangan anime. Waktu kecil kita nyebutnya film kartun. Mereka kangen sama film-film kartun ini karena dengan adanya kartun ini masa kecil mereka menjadi indah. Ada topik yang dibahas setiap bertemu dengan teman bermain. Dan yang lebih dahsyat adalah kita jadi punya semacam daya khayal yang tinggi. Imaginatif. Sekaligus adiktif. 

Tapi mereka gak salah kok. Sama kayak gw. Gw juga bagian dari mereka. Kita-kita yang lahir di sekitaran 1985 – 1994 mungkin yah. Mereka yang lahir di usia ini sebenarnya beruntung karena mereka bisa merasakan masa kecil dengan indah. Meskipun keindahan in gak semuanya dirasakan sama semua orang di Indonesia mengingat pada tahun-tahun itu saluran televisi tidak bisa dengan bebas disaksikan oleh orang-orang terutama yang di daerah. Nanti deh bakal gw ceritain di bawah. 

Nah, masa-masa indah dengan dunia anime pasti selalu dimulai dari hari minggu. Bagi anak-anak waktu itu, hari Minggu merupakan hari bangun pagi karena rundown acara film kartun itu sangat rally. Satu film berakhir, film lainnya bakal nyambung. Bahkan gak jarang jamnya bentrok sehingga harus gonta-ganti channel TV buat bisa ikmatin keduanya. Yang apes kalo salah satu filmnya bagus, satunya gak mau diganti alias arus ngerelain tayangan mana yang harus dikorbanin. Dilematis banget emang. Tapi di satu sisi kita jadi bisa berani mengambil keputusan. Gw rasa itu juga proses kedewasaan. Atau kedewasaan? Entah. Haha.. 

Tiga stasiun TV yang paling ditunggu waktu itu cuma TPI, Indosiar, sama RCTI. Buat yang gak tau TPI, TPI itu Televisi Pendidikan Indonesia. Sekarang ganti jadi MNC TV. Nah 3 stasiun itu adalah penyumbang terbesar serial anime pada era itu sebelum akhirnya muncul stasiun TV bernama TV7 dan Spacetoon TV yang menjadi fenomena. Tenang, kita akan ke bagian itu pada saatnya.

Program unggulan dari TPI adalah Ikkyu San, Kung Fu Boy, Rocky Rocket, dan Minky Momo. Itu yang gw inget saat nulis artikel ini. Indosiar punya Detective Conan, Digimon, Sailor Moon, dan yang fenomenal adalah Dragon Ball yang menghabiskan hampir 12 tahun untuk tamat. RCTI punya Doraemon, P-Man, Yu Gi Oh, Ninja Hattori, Let’s & Go, dan juga Crayon Shinchan. 

Gila kan. Semua ini bisa dinikmati dalam satu hari. Indah banget pokoknya hari Minggu itu. Yang bikin rese paling pas mati lampu seharian. Praktis kita gak bisa nonton di rumah sendiri. Gak jarang kalo kita akhirnya mampir ke rumah temen yang beda saluran listriknya cuma buat bisa nonton anime suapaya gak ketinggalan. Ahaha..

Sayangnya masa-masa itu mulai menghilang karena ada beberapa tayangan yang udah gak tayang lagi. Entah karena hak siarnya gak diperpanjang, atau rating yang gak sesuai harapan, jadinya mereka gak memperpanjang kontrak buat hak siarnya. RCTI sama Indosiar masih bertahan seiring dengan tumbuhnya kami menuju masa remaja. Indosiar yang paling sukses dengan Digimon 2. Selain itu Indosiar juga bereksperimen dengan menayangkan movie dari film Detective Conan yang diputar sore hari pada hari Minggu. 

Saat masa-masa remaja itulah muncul beberapa tayangan televisi dari stasiun televisi TV7 (sekarang Trans 7) yang kembali membawa kami ke level lebih besar dari tayangan anime. Pada waktu itu emang banyak banget stasiun TV baru. Metro TV, Lativi (kini jadi Tv One), Trans TV adalah nama-nama baru di dunia pertelevisian di Indonesia. Dan juga MTV Indonesia tentunya yang membuat masa remaja jadi bagian dari ‘anak nongkrong’. 

Masa remaja kami kembali disuguhkan dengan tayangan anime di stasiun TV7. Jika pada waktu kecil kami nonton di hari Minggu pagi, dan sesekali sore, kali ini menjadi bergeser. Tayangan anime muncul setiap hari Senin-Jumat mulai jam 18.00. Anime dari TV 7 ada Nube, Ranma ½, Trouble Chocholate, dan Honey Be Hutch. Tapi yang paling terkenal adalah anime Hunter X Hunter, Captain Tsubasa dan Slam Dunk. Tiga film ini gila banget. Kalo dulu kita menjadi seorang yang imaginatif karena teman kita yang bernama Doraemon yang bisa mengabulkan beberapa impian kita, di masa remaja ini kita menjadi seseorang yang menyukai petualangan berkat film Hunter X Hunter, atau keinginan menjadi hebat seperti Tsubasa atau Misaki dari Nankatsu di film Captain Tsubasa yang membuat gemas. Kenapa gemas, karena ketika Tsubasa hendak menendang bola, akan memakan waktu satu episode sampai kemudian bola itu baru ditendang. Perlahan kami sadar bahwa ini adalah cara kami menjadi seorang penyabar. Haha. 

Dan Slam Dunk. Pengaruh film ini luar biasa karena gara-gara anime ini jadi banyak yang suka sama basket. Termasuk gw dan temen-temen gw. Semua ingin jadi seperti Rukawa atau juga Sendoh. Damn! Apalagi yang bikin orang suka Slam Dunk adalah semua hal di sini masuk akal. Gak kayak Tsubasa yang kayak manusia setengah dewa. Tokoh utama di film ini justru yang paling lemah. Sampai saat ini gw suka banget sama manga Slam Dunk. 




Gw lupa kapan kemesraan ini berakhir. Kayaknya sejak hak siar film ini habis sih. Slam Dunk berakhir pas tim basket Shohoku hendak ke Interhigh. Di anime aslinya juga emang gak sampe Interhigh sih. Gak tau kenapa, padahal seru tuh. Hunter X Hunter abis pas ngelawan Ryodan. Padahal aslinya kan sampe Greed Island. Tayangan Hunter X Hunter ini di beberapa tahun kemudian diputar ulang di stasiun TV anak bernama Spacetoon. Begitu juga dengan Trouble Chocholate. 

TV7 juga makin disukai karena pernah menayangkan Evangalion dan Final Fantasy VII Advent Childern. Gila kan. Oh iya, Spirit Within juga pernah diputer sih. Pokoknya pada masa itu TV7 pernah disukai karena tayangan anime yang mewarnai masa remaja kita.

Di atas gw bilang kalo di daerah mungkin gak bisa menikmati masa kecil dengan menonton tayangan anime karena emang gw pernah ngalamin. Waktu gw kecil, gw pernah mudik ke kampung halaman gw di Tasikmalaya. Tayangan di sana masih ngacak gitu. Jadi gak heran kalo misalnya kita lagi nonton RCTI, tiba-tiba ngeganti sendiri jadi Indosiar. Sampai akhirnya gw sama sodara gw pergi ke rumah seseorang yang gw gak tau apaan, tapi kita cukup bilang ke dia tolong ganti ke RCTI, maka dia akan mengganti saluran frekuensinya ke RCTI. Jadi bisa dibilang satu wilayah itu emang Cuma nyetel RCTI. 

Gak ngerti juga sih kenapa bisa gitu. Makanya gw juga ragu kalo mereka yang seangkatan sama gw dapet stasiun TV7 di rumahnya sehingga mereka gak nonton tayangan anime di masa remaja. Tasikmalaya itu kan bukan kota besar jadi mungkin hal ini juga terjadi di beberapa daerah di Indonesia. 

Nah satu lagi yang paling seru dari tayangan anime jadul adalah soundtracknya yang diubah ke Bahasa Indonesia. Alhasil kita jadi bisa nyanyiin lagu-lagu itu. Ada yang konyol kayak Dr Slump, atau yang cukup dewasa kayak ending Trouble Chocholate. Opening Shoot juga bagus. Banget malah. Weeding Peach, Sailormoon. Barangkali cuma Slam Dunk yang gak ditranslate. Gak tau juga sih. Mungkin karena gak dapet izin kali yah? Soalnya pernah baca di komik Slam Dunk, ada informasinya kalo atas permintaan penulisnya (Takehiko Inoue), suara-suara efek dalam komik tidak berkenan untuk diterjemahkan. Yah gak ngerti juga sih soalnya kalo soundtrack kan yang bikin lagunya si musisi, bukan mangakanya. 
 

Sekarang kita semua udah dewasa. Tapi tetep aja suka sama anime. Hahaha.. Cuma sekarang nontonnya pake laptop atau pake media apa aja yang bersifat pribadi. Attack on Titan dan One Punch Man barangkali 2 yang terkenal yang pernah gw tau di era 3 taun ke belakang ini. Jadi dewasa menjadi lebih selektif dalam memilih anime yang pengen ditonton. Selektif juga pilihin anime yang bagus buat teman-teman yang sekarang udah punya anak. Ahaha.


NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner