Credit : dododadho.files.wordpress.com |
Abraham sudah tiba di kamarnya. Menaruh sepatunya secara sembarang di depan pintu lantas membanting tas punggung berwarna hitam ke lantai, Abraham memilih untuk meluruskan punggungnya untuk sejenak bersantai. Akuarium berisi 3 ikan mas berwarna jingga tak ia hiraukan, kendati seharian ini belum diberi makan.
Sepulang kerja, Abraham biasanya mengganti pakaian kerjanya kemudian menyalakan sebatang rokok mild di beranda kamarnya. Di daerah tempat Abraham tinggal, hanya kost tempat Abraham saja yang memiliki beranda. Itu karena ada ruang lebih yang biasa dipakai untuk menjemur pakaian.
Tapi Abraham tidak melakukan itu sekarang. Selain karena di luar masih hujan, pekerjaannya sebagai staff di salah satu perusahaan besar di Jakarta membuatnya memilih untuk merebahkan diri. Namun bukan itu yang membuatnya gusar. Ada sebuah perasaan yang sulit dijelaskan yang tiba-tiba datang melanda. Perasaan yang datang lagi. Abraham rindu kekasihnya.
***
Hujan masih saja mengguyur kota ini. Kota yang kelewat kejam bagi siapapun yang mentalnya lemah. Rintik demi rintik tumpah diiringi bunyi gemuruh halilintar sesekali. Udara yang dingin menyapa ruangan kamar Abraham yang masuk dari beranda. Dingin yang ingin ia usir dengan berbagi kehangatan dengan kekasihnya. Bagi Abraham, menghabiskan waktu dengan kekasihnya di kamar kost tersebut amatlah menghangatkan di saat dingin dan meneduhkan di saat panas. Bersenda gurau, tertawa bersama, saling berbagi cerita, ah… Abraham rindu suasana itu.
Kekasihnya tak ada saat ini dan hujan masih saja membawa cerita lain yang jika diingat oleh Abraham, hanya akan mengingatkan kepada semua tentang kekasihnya.
Kisah cinta Abraham dimulai saat dirinya tak sengaja bertemu di sebuah bursa kerja. Abraham ditunjuk untuk menjadi perwakilan perusahaan untuk mencari bibit-bibit potensial yang kelak bisa memberi kontribusi penuh untuk perusahaan. Abraham menanyai satu persatu para pelamar, salah satunya adalah seseorang yang membuat Abraham terbuai tatkala melihatnya tersenyum. Senyum ramah dan optimis, menunjukkan pribadi yang kuat namun juga lembut. Wajahnya yang putih dan rambutnya yang rapih menjadi daya tarik lainnya. Abraham terbuai seketika.
Meski dilanda rasa ketertarikan, profesionalisme Abraham sebagai staff recruitment tetaplah dijunjung. Pertanyaan-pertanyaan ditujukan untuk menggali potensi yang dimiliki si pelamar. Wawancara kerja ini tidak mengambil waktu yang lama karena dibatasi maksimal 5 menit tiap pelamar. Dalam 5 menit itu, Abraham diharuskan menyudahi rangkaian proses wawancara. Perusahaannya memang besar dan itu terbukti dengan banyaknya pelamar yang masuk.
***
Di dekat bursa kerja tersebut ada sebuah kantin yang biasanya ramai oleh para karyawan mall tersebut. Abraham memilih untuk makan di situ saat sesi istirahat tiba. Dengan tenaga yang terkuras sehabis mewawancarai para pelamar, memberi asupan energi kepada diri sendiri adalah pilihan satu-satunya. Bergegaslah Abraham ke kantin itu.
Jam istirahat yang berbarengan itu membuat suasana kantin penuh sesak dan ramai. Beruntung saja Abraham dapat kursi di pojokan dalam. Ada satu yang kosong di situ. Secepat kilat, Abraham sudah duduk di tempat itu dan seketika terkejut meilhat bahwa sosok yang membuatnya terbuai tadi kini ada di depannya persis.
“Hei, kamu lagi. Wah kebeneran banget yah.” Kata Abraham setengah gembira.
“Eh, Bapak. Iya nih. Lagi istirahat juga Pak?” Serunya.
“Iya. Kalau gak istirahat sekarang bisa-bisa maag saya kambuh lagi. Saya pikir kamu sudah pulang.”
“Setelah hujannya agak reda, saya memang berniat untuk pulang Pak.”
“Musim hujan kayak gini emang suka bikin bete yah.”
“Hujan itu seni Pak. Harus bisa dinikmati.”
“Haha bisa aja kamu. Ngomong-ngomong seni, saya ada pameran lukisan di Bandung bulan depan. Kalau kamu tertarik, kamu bisa ikut saya.”
“Bulan depan? Saya belum lihat jadwal saya Pak. Terima kasih sebelumnya.”
“No problem. Kontak kamu yang ada di CV kamu itu no primary kamu kan? Buat jaga-jaga kalau nanti ada event serupa.”
“Iya betul pak..”
Dari obrolan itulah awal mula perkenalan mereka dimulai. Kini setelah 4 bulan berlalu, mereka telah menjalin kebersamaan menjadi sepasang kekasih. Keduanya sama-sama jatuh cinta. Baik oleh ketulusan maupun kebaikan masing-masing. Tak ada kebahagiaan yang lebih indah bagi Abraham saat itu. Namun hujan hari ini yang mengembalikan ingatannya pada peristiwa di kantin itu kembali menguat. Secara perlahan menyatu utuh layaknya kepingan puzzle yang berserakan. Abraham semakin rindu.
***
Sudah tiga hari ini Abraham tidak mendapat kabar. Kekhawatiran Abraham akan hubungan asmaranya menghantuinya. Selepas berbaring, dilihatnya gadget miliknya namun tidak ada pemberitahuan apapun dari sang pujaan. Rasa khawatir Abraham makin besar, bercampur dengan rasa rindu yang kian memuncak. Dan hujan mengerti akan hal itu. Maka seketika hujan mulai menyurut dan perlahan selesai menumpahkan arinya ke bumi ini. Hujan tidak ingin melihat Abraham merasa gundah.
Beranda kemudian menjadi tempat Abraham menuju berikutnya. Ia menatap langit dan menciumi petrichor yang ada. Bau tanah setelah hujan menjadi daya tarik untuknya. Hal itu semata-mata untuk melupakan kekhawatirannya yang berlari-lari di pikirannya. Hal itu berhasil. Namun sekembalinya Abraham ke dalam kamar, rasa rindu itu semakin menguat. Satu-satunya cara untuk menghilangkan perasaan itu, Abraham memilih untuk tidur. Dan itu memang ia lakukan.
***
Untungnya hari ini adalah hari Sabtu sehingga Abraham tidak perlu tergesa-gesa untuk bangun dan melakukan aktivitas rutin. Ia memilih untuk bermanja di atas tempat tidur dan tidur kembali. Sinar mentari yang hangat dan masuk dari sela jendela tak ia hiraukan. Ia ingin bersantai setelah semalam pikirannya berkecamuk.
Belum juga ia merasa nyenyak, pintu kamarnya diketuk sangat keras yang membuatnya terhentak dan secara malas membuka matanya yang masih berat untuk membuka mata. Biasanya di akhir bulan seperti ini ibu kost memang datang untuk menagih. Namun yang membuat Abraham kesal adalah tidurnya yang terganggu. Selama ini Abraham tidak pernah mengalami masalah pembayaran. Dan selalu membayar tepat waktu bahkan tanpa diminta sekalipun. Yang kali ini cukup keterlaluan buat Abraham.
Maka dengan sangat terpaksa Abraham bangun dan berjalan kea rah kiri untuk mencari dompetnya yang tergeletak di atas meja. Diambilnya beberapa lembar uang merahan kemudian Abraham menuju ke pintu. Ketika dibuka, ternyata bukan ibu kost. Ternyata dia adalah yang membuat resah Abraham selama ini.
“Happy birthday to you… Happy birthday to you…”
Nyanyian riang dan ikhlas dari kekasih tercinta sambil memegang kue ulangtahun berhias lilin yang menyala dan nama yang terukir,bagi Abraham sangatlah istimewa terlebih yang melakukannya adalah pujaan hati. Seketika rasa terkejut Abraham menghilang dan menjadi senyum bahagia diperlakukan seperti itu.
“Tiup dulu dong lilinnya…” pinta si pembawa kue yang tak lain adalah kekasih Abraham.
Dengan sekali tiup, padamlah api dari lilin itu. Kemudian kue itu ditaruh di atas lemari setinggi 1 meter yang tak jauh dari pintu. Keduanya tersenyum, keduanya beradu mata, membagi kehangatan. Abraham memeluknya dengan erat dan penuh rasa kasih.
Bagi Abraham, semuanya sudah jelas. Alasan kenapa sulit dihubungi, ternyata adalah siasat untuk membuat kejutan hari ini. Pelukan itu dilepas dan dikecupnya dengan sangat lembut kening Abraham dan kecupan pada bibirnya yang penuh rasa kasih. Keduanya sama-sama bahagia.
Abraham bersyukur Tuhan menurunkan hujan tadi malam. Karena baginya, hujan itu membawanya ke keadaan rindu yang menggebu dan mengerti bahwa hujan itu seni, jadi cukup dinikmati saja. Semakin besar rasa rindu, semakin dahsyat saat rasa rindu itu diungkapkan. Karena sekarang, berdiri di depannya, Alvin, pria yang ia temui di kantin saat hujan berdiri di depannya sedang tersenyum manis. Abraham langsung menarik tangan Alvin dan mengunci kamarnya dari dalam.
- SEKIAN -
serius amat bacanya